Selasa, 16 Juni 2009

LOYALITAS DALAM BEKERJA

oleh: muhamad irham

A. Pengertian Loyalitas
Konsep loyalitas dalam bekerja banyak dipertanyakan belakangan ini, seiring dengan maraknya tun over pegawai di setiap perusahaan. Bahkan sampai ada pembajakan karyawan antar perusahaan. Seorang karyawan yang sering pindah-pindah kerja, sering dipertanyakan loyalitasnya pada perusahaan yang kurang. Namun ada beberapa orang yang selama bertahun-tahun tetap bekerja hanya pada satu perusahaan dengan kondisi yang ‘begitu-begitu’ saja, malah dianggap bodoh. Jika begitu, lalu apa pengertian dari loyalitas sebenarnya?
Menurut kamus bahasa Indonesia, loyal berarti patuh, setia. Sedangkan loyalitas sesungguhnya adalah kesediaan dengan sungguh-sungguh oleh karena kesadaran bahwa ada otoritas yang harus dipatuhi.
Loyalitas dipahami sebagai bentuk kesetiaan dan keberpihakan seseorang di tempat ia beraktivitas. Kesetiaan mengandung pengertian bahwa seseorang telah merasakan bahwa di samping kita telah memberikan kontribusi, organisasi juga telah memberikan kompensasi. Hubungan kausalitatif inilah yang memberikan reward bagi kedua belah pihak. Reward dari organisasi kepada karyawan berupa legitimasi dari berbagai aspek, termasuk kompensasi. Reward dari karyawan kepada organisasi adalah berupa loyalitas. Seseorang yang telah memiliki kesetiaan, biasanya terefleksikan ke dalam aktivitas sehari-hari dalam pekerjaan. Misalnya ia cenderung lebih aktif, lebih reaktif, dan memiliki filterisasi organisasi yang tinggi. Kecenderungan lebih aktif dapat dipahami bahwa biasanya orang tersebut memiliki daya inisiatif dan kreatifitas yang tinggi.
Seseorang yang sudah loyal kepada organisasi, maka ia akan bekerja tanpa terlebih dahulu ada komando atau instruksi, ia lebih berinisiatif melakukan berbagai hal demi kepentingan organisasi. Seseorang yang memiliki kesetiaan biasanya juga lebih reaktif, banyak melakukan kritik, saran dan hal-hal lainnya yang bersifat menakar kedalaman substansi dari suatu program atau kebijakan organisasi. Jadi sesungguhnya seseorang yang banyak melakukan kritik dan saran kepada organisasi, jangan dipahami sebagai bentuk kecintaannya (sense of belonging) terhadap organisasi tempat di mana ia bekerja. Lain soal memang jika kritik, masukan dan berbagai kontribusi yang lain dilakukan secara destruktif. Hal itu bukanlah menunjukkan keadaan di mana orang tersebut memiliki loyalitas terhadap organisasi di tempat ia bekerja, justru orang tersebut adalah merupakan kanker bagi organisasi. Organisasi harus tegas ketika menghadapi orang-orang seperti ini, jika perlu dikeluarkan.

B. Konsep Loyalitas
Belakangan ini ada beberapa konsep loyalitas yang berkembang di dunia bisnis, meliputi:
1. Loyal kepada perusahaan
Loyal kepada perusahaan merupakan konsep loyal yang sangat popular. Loyalitas seperti ini menuntut karyawan untuk terus bekerja di perusahaan dalam kondisi apa pun. Oleh karena itu, orang yang pindah kerja sering dianggap tidak loyal terhadap perusahaan, apalagi pindah ke competitor perusahaan itu.
2. Loyal kepada pekerjaan
Konsep loyalitas seperti ini belum lama ini banyak diperbincangkan sebagai konsep loyalitas yang ‘benar’. Di sini seorang karyawan tidak loyal terhadap perusahaan, tapi loyal terhadap pekerjaan yang ia kerjakan. Ia akan bekerja dengan gigih demi pekerjaannya. Karyawan seperti ini dianggap sebagai asset perusahaan yang berharga karena ia akan mengerjakan pekerjaan yang menjadi job desc-nya dengan sebaik-baiknya.
3. Loyal kepada visi, misi dan tujuan perusahaan
Dalam bekrja kita harus tahu visi, misi dan tujuan perusahaan serta loyal terhadapnya. Bukan hanya pekerjaan yang menjadi job desc-nya saja. Konsep loyalitas seperti ini membutuhkan pemahaman sepenuhnya bahwa yang kita kerjakan, BUKAN SAJA harus selesai dengan baik, TAPI juga harus sejalan dengan tujuan perusahaan. Mungkin agak sulit membayangkannya, namun berikut akan diberikan contoh yang mungkin bisa sedikit menggambarkannya:
Perusahaan mempunyai visi untuk menggelar layanan ke seluruh masyarakat luas di semua segmen dan daerah. Sebagai karyawan, kita harus dapat mencari inovasi yang bisa membuat perusahaan dapat menggelar layanan yang terjangkau segmen bawah, juga melayani pelanggan di pedalaman. Jadi bukan hanya pelanggan perkotaan atau pelanggan yang bisa membayar mahal saja yang kita layani. Inovasi ini juga tidak boleh membuat perusahaan rugi tentunya.

Dari contoh tersebut, bisa dilihat bahwa konsep loyalitas yang ketiga jauh lebih bagus dari pada yang pertama ataupun yang kedua. Tapi inilah yang menjadi tantangan banyak karyawan, butuh pemahaman yang mendalam terhadap pekerjaan bahwa kita bekerja bukan hanya demi perusahaan, bukan hanya demi pekerjaan, tapi demi tujuan perusahaan. Apabila seluruh karyawan berpikir seperti ini, maka saya yakin bahwa perusahaan bisa berkembang dengan pesat, dan hal ini bukankah akan berimbas pada kesejahteraan karyawan?

C. Hubungan Loyalitas dengan Kinerja Karyawan
Loyalitas adalah kesetiaan. Dan kesetiaan adalah kualitas yang menyebabkab kita tidak menggemingkan dukungan dan pembelaan kita pada sesuatu. Loyalitaslah yang menyebabkan kita tetap membela seorang sabahat meski ia harus terancam masuk penjara. Loyalitaslah yang membuat kita bernyanyi-nyanyi penuh semangat memberikan dukungan pada kesebelasan kesayangan kita, meski mereka sedang tertinggal beberapa goal dari tim lawan. Memang, loyalitas lebih banyak bersifat emosional. Loyalitas adalah kualitas perasaan dan perasaan tidak selalu membutuhka penjelasan yang rasional.
Setiap perusahaan pasti ingin memiliki karyawan yang loyal. Mereka yang loyal diyakini dapat memberikan kontribusi maksimal dan selalu optimal dalam bekerja. Makanya dalam setiap tes rekruitmen, penilaian loyal atau tidaknya karyawan seringkali menjadi pertimbangan penting. Perusahaan menilai loyalitas karyawan dari beberapa besar keterlibatan karyawan dalam bekerja untuk mencapai tujuan perusahaan. Karyawan yang selalu bekerja tanpa menuntut hak-hak yang semestinya diperoleh, dianggap sebagai karyawan teladan. Semakin banyak jam kerja karyawan dalam satu hari yang dihabiskan untuk perusahaan, maka karyawan tersebut dianggap memiliki tingkat loyalitas yang tinggi. Tetapi semakin ‘pas’ jam kerja karyawan, maka karyawan tersebut dianggap biasa-biasa saja. Dan apabilakaryawan yang datang terlambat di tempat kerja dan tidak menjadi masalah apakah pulang sesuai jam kerja kantor atau menyesuaikan jam pulang dengan jumlah waktu keterlambatan atau bahkan melebihi jumlah waktu keterlambatan, maka karyawan tersebut dianggap kurang loyal. Dan perusahaan cenderung mendorong karyawannya untuk kerja selama mungkin.
Mengapa loyalitas menjadi salah satu kualitas penentu hubungan antara perusahaan dengan karyawan? Meski hampir tak ada perusahaan atau pimpinan yang berterus terang meminta loyalitas dari karywannya, namun diam-diam banyak dari mereka yang mengharapkannya. Dengan mendapatkan loyalitas dari karyawannya, sebuah perusahaan merasa benar-benar ‘memiliki’ karyawan yang siap tempur demi kepentingan usahanya, atau seorang pimpinan tak ragu lagi perintahnya tidak terlaksanakan. Demikian pula, bila seorang karyawan yakin telah memberikan loyalitasnya, ia tak perlu khawatir kehilangan pekerjaannya.









Sumber:
http://kidstinysteps.multiply .com/journal/item/7/7
http://konyol.wordpress.com
http://romailprincipe.wordpress.com/loyalitas%20ato%20loyolitas_files
http://pangerankucing.multiply.com/journal/item/12/loyalitas_dalam_bekerja>
http://ttrinanda.wordpress.com/pentingnya_TOL_dalambekerja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Mengenai Saya

Seribu satu cerita, Yogyakarta, Indonesia
kita hanyalah sekelompok orang biasa yang selalu berusaha untuk menjadi yang luar biasa...